Datuak Hafes, Niniak Mamak yang Sukses Kurangi Penganguran di Sungai Janiah Solok

1143
Datuak Hafes bersama Pemimpin Perusahaan Jurnalsumbar.com di pabrik tahu yang didirikannya di Sungai Janiah Solok. Ist.

JURNAL SUMBAR | Solok – Persoalan penganguran dan kemiskinan di Indonesia tidak ada selesai-selesainya. Dari data statistik yang ada jumlah pengangguran di Sumbar adalah 6,89 persen pada Agustus 2016 menjadi 5,81 pada Februari 2017 atau berkurang 1,08 persen.

Untuk Kabupaten Solok dengan jumlah penduduk sekitar 360.000 jiwa, diperkirakan sekitar 20.000 jiwanya menganggur dan termasuk keluarga miskin.

Berangkat hal tersebut, Mak Datuak Hafes atau lengkapnya Hafes Renaldo, SP membuka peluang bagi anak muda dan masyarakat Nagari Sungai Janiah untuk mendapatkan pekerjaan dengan bekerja di pabrik pembuatan tahu yang didirikannya.

Menurut Datuak Hafes, pabrik tahu ini didirikan dengan melihat kondisi di nagari yang banyak anak muda tidak bekerja alias menganggur. Melihat kondisi seperti ini, Mak Datuak Hafes merasa terpanggil dan kemudian dengan berdiskusi dengan saudara-saudaranya yang berada di perantauan untuk membuat usaha patungan di kampung untuk mengurangi angka pengangguran di Nagari Sungai Janiah.

Dari hasil patungan saudara-saudaranya tersebut, terkumpul dana lebih kurang Rp.300 Jutaan, dan disepakati untuk membangun pabrik tahu. Karena modal awal pabrik tersebut dari patungan satu keluarga maka di beri nama dengan nama SSS (Saparinduan Saiyo Sakato)

Datuak Hafes yang juga menjabat sebagai anggota BMN Nagari Sungai Janiah ini menjelaskan, dengan modal tiga ratus jutaan tersebut mulai dibangun pabrik dan peralatannya dengan mendatangkan tukang ahli dari Jawa. Pembangunan pabrik tersebut selesai dalam waktu tiga bulan, dan dalam tiga bulan pabrik tersebut sudah BEP (Break Even Point).

Kini pabrik tahu SSS sudah memperkerjakan anak-anak Nagari Sungai Janiah sebanyak 12 orang dan dibagi dua shif siang dan malam, dan menghabiskan 2 yon kedelai setiap bulannya.

Mak Datuak Hafes yang juga Sarjana Pertanian tamatan Unand ini dan sekarang bekerja sebagai ASN di Dinas Pertanian Kabulatem Solok ini mengaku masih ada kendala yang dihadapinya sampai sekarang, yaitu harga bahan baku kedelai yang fluktuatif dan sulit mendapatkan bahan baku. Dari segi pemasaran, katanya sudah tidak ada kendala lagi.

Menurut salah satu pegawainya yang tamatan SMK, ia sangat bersyukur sekali bisa bekerja di Pabrik SSS ini. “Sebelum bergabung, saya tidak punya pekerjaan samak sekali dan sekarang sudah bisa bantu-bantu ekonomi orang tua,” katanya bangga. Suandi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here