Ketua KPI Pusat Sebut Hoax dan Radikalisme Sudah Jadi Ancaman Bagi Negara

563
Ketua KPI Pusat poto bersama dengan pengurus, panitia dan narasumber lainnya. Ist.

JURNAL SUMBAR | Jakarta – Hoax dan Radikalisme sudah menjadi ancaman bagi Negara Republik Indonesia. Untuk itu, mahasiswa ilmu komunikasi sudah seharusnya mengambil peran dalam pemberantasan hoax dan radikalisme yang sudah merajalela.

Hal tersebut disampaikan Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis saat menghadiri Musyawarah Nasional ke-IX Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) dalam Orasi Ilmiah di Hotel Horison Ultima, di Palembang, Senin (23/4). Orasi Ilmiah ini mengambil tema “Optimalisasi Peran Mahasiswa Komunikasi Dalam Menumbuhkan Karakter Kebangsaan Indonesia”.

Selain Yuliandre Darwis, Perwakilan Kantor Staf Presiden, Kapolda Sumatera Selatan Irjen Pol Drs Zulkarnain, Ketua Umum ISKI Dr. Dadang Rahmat Hidayat S.Sos., S.H., M.Si., dan Ketua ASPIKOM Pusat Dr. Heri Budianto, M.Si juga menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut.

Kegiatan ini dihadiri oleh 250 peserta yang terdiri dari seluruh Mahasiswa Program Ilmu Komunikasi di Indonesia yang tergabung dalam IMIKI, Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Sumatera Selatan, dan delegasi dari Organisasi Kemahasiswaan yang ada di Sumatera Selatan.

Yuliandre memberikan gambaran umum mengenai bagaimana peran mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam menumbuhkan karakter kebangsaan, khususnya dalam menangkal hoax dan radikalisme. “Menurut GlobeScan, saat ini sudah 90% masyarakat di Indonesia takut akan hoax. Indonesia sudah masuk golongan urutan teratas Negara yang paling khawatir dengan konten palsu dari internet,” ujar Yuliandre.

Ia juga mengingatkan bahwa perlunya saring sebelum sharing dalam bersosial media. Masyarakat, khususnya mahasiswa yang menjadi generasi penerus bangsa, harus pintar memilah konten-konten yang bisa berpotensi sebagai berita bohong dan menyebarkan radikalisme.

“Beberapa waktu lalu, KPI bersama-sama menyuarakan Dari Palu, Indonesia Bicara Baik untuk menyadarkan masyarakat pentingnya menyebarkan konten-konten positif baik melalui penyiaran, maupun sosial media,” kata Yuliandre.

Literasi media juga menjadi salah satu kegiatan yang dinilai perlu dilakukan untuk menangkal hoax dan radikalisme. “Literasi memang perlu dilakukan. Pengawalan terhadap hoax harus terus dijaga,” tambah Irjen Pol Drs Zulkarnain.

Sebagai lulusan Ilmu Komunikasi dan mantan Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI), Yuliandre berpendapat bahwa mahasiswa Ilmu Komunikasi harus menjadi tameng awal dari semua pemberitaan, khususnya berita hoax dan radikalisme. Ia mengharapkan, kegiatan Musyawarah Nasional Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia dapat memberikan solusi positif pada perkembangan Ilmu Komunikasi dalam mengawal isu hoax dan radikalisme.

“Tidak ada tindakan baik sekecil apapun yang tidak punya dampak. Jadi tetaplah menjadi insan komunikasi yang memberi semangat baik untuk Negara,” tegasnya. rilis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here