Fasilitas Air Bersih Tak Berfungsi, Masyarakat Padangtarok Pakai Selang Plastik

858

JURNAL SUMBAR | Sijunjung- Masyarakat Nagari Padangtarok, Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung keluhkan masalah jaringan air bersih. Fasilitas yang dibangun tidak kunjung berfungsi, warga terpaksa manfaatkan air hutan pakai selang plastik.

Tak heran bila di kampung ini lazim dijumpai slang plastik berseleweran, bahkan di pekarangan rumah penduduk. Selang tersebut saling terhubuung, membentang menuju kawasan hutan nagari yang panjangnya mencapai ratusan, bahkan ribuan meter. Sampai selang tersebut mentok pada aliran anak sungai di daerah ketinggian dalam kawasan hutan, yakni sungai Janjang Kambiang.

Selang-selang tersebut dikelola manual oleh perorangan, kelompok, serta keluarga/ kaum. Setiap saat harus diawasi agar tetap berfungsi dengan baik. Jika aliran air terputus, warga harus segera menelusuri jalur selangnya.  Malum selang plastik, sangat rentan rusak.

Menurut sejumlah warga, kemacetan jaringan bisa terjadi berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Selama masalah ini belum teratasi, rumah-rumah penduduk mengalami krisis air, aktivitas mandi cuci kakus (MCK) praktis jadi dilema.

Dalam situasi demikian warga berbondong-bondong pergi ke sungai, atau aliran tali bandar terdekat, untuk mandi, cuci, hingga buang air besar. Sampai instalasi air dapat kembali dibetulkan.

Proses perbaikan jaringan kadang memakan waktu lama, berbiaya besar,  mencapai jutaan rupiah. Kalau milik pribadi, tentu harus ditanggung sendiri.

Terlebih dikala musim hujan, jaringan air cenderung berulah, macet. Hingga tiap musin hujan, warga selalu was-was. Dalam bulan ini, kerusakan instalasi telah terjadi lebih empat kali.

“Sudah bertahun-tahun kami pakai selang plastik, tiap sebentar bocor, diperbaiki, dan bocor lagi. Begitu seterusnya, entah sampai kapan,” ujar Marnis, salah-seorang warga setempat, menyesalkan.

Diungkapkannya, fasilitas selang dipakai secara bergantian, ketika bak penampungan di suatu rumah sudah terisi, pindah lagi ke rumah lainnya.  Dikala macet, upaya perbaikan akan menjadi tanggung jawab bersama. Harga satu meter selang berkisar antara Rp6000 – Rp8000.

“Disaat musim hujan, kondisi air sering keruh, bahkan sering mati, namun tetap dipakai juga,” ujar Ibu tiga anak itu pula.

Demikian penyakit menahun ditanggung warga Nagari Padangtarok, Kecamatan Kamangbaru, Kabupaten Sijunjung. Sebuah perkampungan paling ujung, perbatasan Riau, namun kaya dengan sumber daya alam, plus perkebunan kelapa sawit dan karet. Saking strategis, Padangtarok juga dijadikan daerah pusat pemukiman transmigrasi dari Jawa Tengah tahun 2018.

Jaringan Pipa Nagari Tidak Berfungsi

Fenomena ini bergulir bukan karena Nagari Padangtarok belum punya fasilitas pipa jaringan air bersih. Melainkan pipa yang pernah dibangun, lengkap bersama meteran terpasang, tidak kunjung bisa berfungsi. Sumber air berasal dari aliran sungai Janjang Kambiang, kawasan hutan raya nagari setempat.

Berdasarkan penelusuran Anton kontributor Jurnal Sumbar.Com , ternyata terdapat persoalan kursial di bagian hulu pipa, ditambah pipa-pipa/ isntalasi banyak yang bocor. Dimana hulu pipa tanpa dibekali bak kendali/ intake, bak pengolah sumber air baku. Melainkan secara manual hanya pakai median sekat beton sederhana untuk penggenangan air, dan ujung pipa induk dibenamkan di air.

Itu pun sekat beton hampir 80 persen sudah roboh dihantam air. Hingga proyek bantuan Pemerintah Provinsi Sumbar tahun 2013 lalu, senilai Rp1,5 Milliar, menjadi sia-sia. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, masalah ini sempat di tahun 2016 lalu diproses oleh pihak Kejaksaan Negeri Sijunjung, selanjutnya tak jelas kabarnya.

Sementara untuk jaringan pipa WSLIC, senilai Rp250 juta, sebelumnya juga memanfaatkan sumber air baku aliran sungai Janjang Kambiang, pun tidak berfungsi. Karena kualitas pipa tergolong rendah (paralon plastik), maka di sejumlah titik mengalami kerusakan.

Sebab itu masyarakat sangat berharap perhatian pemerintah, agar kebutuhan air bersih tidak lagi menjadi dilema berkepanjangan. Sekaligus minta pihak terkait segera turun mengusut ulang penggunaan keuangan negara yang mubazir itu.

Walinagari Padangtarok,  Suardi, yang dikonfirmasi Anton kontributor Jurnal Sumbar.Com membenarkan, fasilitas jaringan air bersih masih jadi dilema di Padangtarok.  Sebagai alternatif warga membuat jaringan sendiri pakai selang plastik,  biaya pribadi, dengan memanfaatkan air hutan. Hanya dengan cara demikian masyarakat saat ini mampu.

Terkait tidak berfungsinya fasilitas jaringan pipa yang sebelumnya pernah dibangun, menurutnya perlu pembenahan lanjutan. Fasilitas tersebut dibangun tahun 2013 silam, bantuan Pemprov Sumbar, senilai Rp1,5 milliar. Soal bagaimana konsep dan teknis pelaksanannya, Ia tidak tahu persis, karena saat itu pihaknya belum menjabat Wali Nagari.

“Begitulah keadaannya, jaringan yang pernah dibangun tahun 2013 lalu tidak bisa difungsikan. Padahal saking berharapnya di tiap rumah sudah lengkap terpasang meterannya,” sebut Walinagari, Suardi.

Berdasarkan informasi, pasca dibangun fasilitas tersebut pernah sempat diuji coba pemakaiannya, namun terdapat masalah di berbagai titik. Selanjutnya masyarakat mencoba memperbaiki secara gotong-royong, akan tetapi hasilnya tidak kunjung memuaskan.

Karena bocor, komplek-komplek perumahan warga jadi kebanjiran. Dari pada menimbulkan dilema sekaligus konflik ditengah masyarakat, terpaksa aliran air distop.

“Sebetulnya ada fasilitas lain, yakni fasilitas WSLIC berbasis gotong royong, sumber air juga berasal dari aliran Janjang Kambiang. Namun kondisinya juga sudah tak layak, karena faktor usia,” imbuh Walinagari.

Kepala DPMN Kabupaten Sijunjung, Syukri, kepada awak media juga mengaku tidak tahu soal permasalahan yang dialami masyarakat Padangtarok. Untuk fasilitas jaringan air bersih gagal fungsi, ditegaskannya berasal dari pagu anggaran pusat (APBN).

“Kalau ndak salah fasilitas tersebut adalah proyek bantuan dana pedesaan tahun 2013 silam. Untuk lebih jelasnya coba konfirmasi pada Kepala PDAM lagi pula saya ketika itu masih di Dinas PTSP PM,” kata Syukry.

Kepala PDAM Kabupaten Sijunjung, Doni Nofriadi, kepada awak media belum lama ini juga mengaku tidak tahu soal fasilitas jaringan air bersih di Nagari Padangtarok, karena proses pembangunannya dahulu diluar kewenangan PDAM. Termasuk gagal berfungsi fasilitas tersebut, pihak PDAM iadi serba sulit untuk ikut campur.

“Sepengetahuan saya, fasilitas tersebut rencananya akan dikelola secara swadaya masyarakat, berasal dari pagu dana APBN melalui Program Pedesaan,” jelas Doni.

Camat Kamangbaru, David Rivaldo, kepada awak media sebelumnya, juga tak menapiknya. “Masalah itu sejak saya jadi Sekcam dulu belum berpungsi,”akunya.

Terkait itu, salah seorang pejabat Dinas Perkim LH (Dulu PU Cipta Karya-red) Sijunjung, Edward juga tak menspuk persoalan itu. Namun ia menyebutkan itu proyek propinsi. (anton/saptarius)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here