UNP Respon Pengembangan SDA Indonesia Masa Depan

680

JURNAL SUMBAR | Padang — Universitas Negeri Padang tanggap merespon tantangan pengembangan sumber daya alam Indonesia yang terjadi saat ini. Archandra Tahar selaku Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Wamen ESDM) Republik Indonesia hadir di Ruang Sidang Senat, Lt 4 Gedung Rektorat UNP, Jumat (25/1) sebagai nara sumber dalam kuliah umum.

Bertajuk “Tantangan Pengembangan Sumber Daya Alam Indonesia”, Archandra mengupas langkah-langkah strategis yang telah dan akan diupayakan pemerintah Indonesia yang dipimpin Presiden RI, Joko Widodo.

Berdialog dengan akademisi UNP, Archandra Tahar memaparkan energi didefiniskan sebagai daya atau kekuatan yang diperlukan untuk melakukan berbagai proses kegiatan. Energi alternatif yang saat ini sedang dikembangkan oleh manusia diantaranya adalah energi matahari, energi panas bumi, energi angin, energi air, energi laut (energi ombak, energi pasang surut, dan hasil konversi energi panas laut), energi biogass, energi biomassa, energi biodiesel, dan energi zat radioaktif.

Dikatakannya Archandra yang urang awak itu, hambatan yang dihadapi manusia dalam mencari dan mengembangkan energi alternatif tersebut bersumber pada dinamika kependudukan, pengembangan sumber daya alam dan energi, pertumbuhan ekonomi, perkembangan teknologi, dan lingkungan hidup.

Ia mengungkapkan perkembangan investasi di blok migas yang baru mulai membaik, karena kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), investasi migas baru mulai dibenahi. Ia pun mengakui, ada jarak yang cukup besar baik dari sisi sumber daya manusia, teknologi, dan juga pendanaan yang dimiliki untuk mengelola blok migas.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, kegiatan eksplorasi atau pencarian sumber minyak baru, banyak dilakukan di wilayah lepas pantai. Risikonya pun semakin meningkat, selain dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten, dibutuhkan pula teknologi dan pendanaan yang besar untuk dapat mengelolanya.

“Satu sumur (deep water) bisa Rp 1,5 triliun, untuk dapat minyaknya belum tentu. Misalnya kita sudah berinvestasi untuk 4 sumur, berarti Rp 6 triliun, kalau tidak ketemu minyaknya, tidak akan kembali Rp 6 triliun itu,” jelas Arcandra

Wakil Komisaris Utama Pertamina ini menyebutkan, sebenarnya Indonesia mampu mempersempit jarak tersebut. Salah satu caranya adalah dengan belajar dari orang yang memang mampu dan terbukti keahliannya dalam mengelola sumber daya alam.

“Kalau mau menutup gap dari human resources, bukan mengatakan kalau asing tidak boleh masuk. Kita harus terbuka kepada investasi yang masuk sehingga kita bisa belajar untuk mengelola pengelolaan sumber daya alam,” kata Arcandra.

Ia juga mengibaratkan human capital yang dibutuhkan saat ini adalah human capital dengan kualitas sekelas pembalap formula one dalam kejuaraan internasional. Artinya, lanjut Arcandra, dalam pengelolaan sumber daya alam, Indonesia harus dapat bersaing dengan investor-investor asing.

“Jadi, ini bukan permasalahan bangsa kita tidak mampu mengelolanya, melainkan karena dalam pengelolaan sumber daya alam tidak semua berujung pada kesuksesan, ada risiko di situ,” pungkasnya.

Sementara itu, Rektor UNP, Prof Ganefri dalam sambutanya mengatakan upaya meningkatkan capacity building untuk tenaga pendidikan dan peneliti, peningkatan dana penelitian terus diupayakan dan berharap dimasa mendatang UNP mendapat dukungan dari Kementerian ESDM.

Archandra yang dikenal sebagai ahli di bidang energi dan sumber daya mineral, yang memiliki beberapa paten yang bersifat internasional. Dan sebelumnya, Archandra Tahar bekerja di banyak perusahaan besar di Amerika Serikat dan tercatat sebagai profesional yang telah mempunyai level kelas dunia ini memberikan kesempatan kepada peserta bertanyajawab. (Humas UNP/Agusmardi)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here